Sabtu, 13 Februari 2010

KEMULIAN SEORANG IBU

Demikian agung dan mulia fitrah seorang ibu. Keseharian dalam rumah tangganya adalah lumbung kebaikan baginya. Perkhidmatannya dalam keluarga adalah mahkota kemuliaan yang mengantarkannya kepada ridho Alloh dan menaikkan derajatnya di sisi Alloh
Jika setiap muslimah menjalani kehidupan di dalam syariat yang telah digariskan oleh agama, maka dia lebih mulia daripada para bidadari. Bahkan dialah sesungguhnya bidadari-bidadari yang hidup di dunia. Dan kelak dialah yang akan menjadi ratu-ratu dari para bidadari di Syurga.

Sebaik-Baik Perhiasan
Di dalam Islam derajat kaum ibu diukur sejauh mana ketakwaannya kepada Alloh. Sejauh mana dia taat kepada perintah Alloh dan menjunjung sunnah-sunnah Rasulullah dalam kehidupannya.
Al-Qur’an mencurahkan perhatian yang besar terhadap wanita. Setidak-tidaknya terdapat sepuluh surat yang di dalamnya menjelaskan kedudukan wanita seperti Al-baqarah, An-Nur, Al-Ahzab, Al-Mujadalah, dan At-tahriim. Bahkan salah satu surat di dalam Al-Quran dinamakan “Surat Wanita” ( An-Nisaa ) dan salah satu surat secara khusus membahas tentang seluk-beluk perceraian dan hak-hak kaum wanita dalam keluarganya ( Surat Ath-thalaq ).
Dalam beberapa hal memang ada persamaan antara kaum wanita dan kaum laki-laki yang diatur sangat jelas di dalam Islam. Persamaan itu diantaranya dalam hal kewajiban taat kepada Alloh dan Rasul-Nya, begitu juga dalam hal beramal shalih dan balasan terhadap amal-amal yang dilakukan, kaum wanita dan laki-laki sama kedudukannya di sisi Alloh. Alloh berfirman :


“Barangsiapa beramal shalih baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S An-Nahl:97 )

Terdapat persamaan juga antara wanita dan laki-laki dalam hak memperoleh pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dalam hal kepemilikan harta, menikah, bercerai, bergaul sesame ummat manusia, bahkan dalam hal tanggung jawab dakwah, agama telah mengaturnya dengan aturan yang sempurna untuk kaum wanita. Aturan-aturan yang bila dijalani dengan betul akan membawa para wanita ke derajat yang tinggi di sisi Alloh tanpa harus mengoyak sisi kehormatannya.
Namun, karena fitrah penciptaan wanita dan laki-laki itubberbeda, maka ada perbedaan pula fungsi dan peran masing-masing dalam tatanan kehidupan, di dalam keluarga apalagi di dalam pergaulan sosial kemasyarakatan.
Sesuai dengan fitrahnya, lading perjuangan kaum wanita adalah di balik dinding rumahnya. Kaum ibulah yang berperan untuk menghidupkan suasana agama di dalam keluarganya. Menjadikan rumahnya sebagai madrasah bagi anak-anak dan anggota keluarganya. Sebuah madrasah yang mengajarkan Al-Qur-an mulai dari lafadz sampai wujud dalam amal perbuatan sehari-hari.
Ibu juga yang berperan menciptakan suasana amal ibdah dan dzikir di tengah-tengah keluarganya. Sehingga siapapun yang masuk ke rumah-rumah mereka, menjadi ingat kepada Alloh dan hari akhir.
Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani__| dalam kitabnya Syarah ‘Uquudil-Lujjayn halaman 12-13, pasal 2, bab “Hak-hak Suami yang Wajib ke atas Istri” menulis sebuah kisah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Sebuah kisah teladan seorang wanita yang penuh sifat ketaatan dan kesederhanaan. Dia adalah wanita yang disebutkan dalam hadits Nabi sebagai “penghulu Syurga bagi kaum wanita”. Dan juga bagian dari kaum wanita yang utama dan pertama akan memasuki Syurga.
Dalam kisah tersebut diterangkan bahwa wanita mana saja yang menggiling tepung untuk suaminya dan anak-anaknya, maka Alloh menuliskan untuknya setiap biji gandum yang digilingnya itu satu kebaikan, dn mengangkat baginya satu derajat.
Dan wanita mana saja yang meminyaki rambut anak-anaknya, menyisir rambut mereka dan mencuci pakaian mereka, maka Alloh akan mencatat baginya pahala orang yang memberi makan kepada seribu orang yang lapar dan memberi pakaian kepada seribu orang yang telanjang.
Diterangkan juga bahwa jika seorang wanita mengandung janin dalam rahimnya maka beristighfarlah para malaikat untuknya, dan Alloh mencatatkan baginya setiap hari seribu kebaikan dan menghapuskan darinya seribu keburukan. Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan, maka Alloh mencatat baginya pahala orang-orang yang berjihad di jalan Alloh, yakni berperang fi sabilillah. Apabila ia melahirkan anak, maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaannya pada hari (ketika) ibunya melahirkannya.
Jika seorang wanita berkhidmat kepada suaminya dengan niat yang benar, yakni semata-mata karena Alloh, maka keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaanya pada hari (ketika) ibunya melahirkannya. Tidaklah ia keluar dari dunia di dalam keadaan berdosa sedikit pun. Akan didapatinya kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman Syurga. Dan Alloh mengaruniakan kepadanya pahala seribu malaikat hingga hari kiamat.
Dalam kisah itu juga diterangkan bahwa wanita mana saja yang melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati, ikhlas, dan niat yang benar, maka Alloh mengampuni semua dosanya. Alloh akan memakaikan kepadanya seperangkat pakaina yang hijau. Dicatatkan baginya dari setiap helai bulu atau rambut pada tubuhnya seribu pahala haji dan umrah. Dan wanita mana saja yang tersenyum di hadapan suaminya, maka Alloh akan memandanginya dengan pandangan rahmat. Dan jika seorang wanita menghamparkan hamparan atau kasur, atau menata rumahnya untuk suaminya dengan baik hati, maka menyerulah padanya penyeru dari langit, ‘Hadapilah amalmu (yakni teruslah beramal), maka Alloh telah mengampuni bagimu dosamu yang telah lalu dan yang akan datang.’
Dan jika seorang wanita meminyaki rambut suaminya, dan janggutnya, serta memotong kumisnya dan kukunya, maka Alloh memberi minum kepadanya dari sungai-sungai Syurga. Alloh mencatatkan baginya keselamatan dari api neraka. Dan selamatlah ia melintasi titian Shirat.”
Demikian agung dan mulia fitrah seorang ibu. Keseharian dalam rumah tangganya adalah lumbung kebaikan baginya. Perkhidmatannya dalam keluarga adalah mahkota kemuliaan yang mengantarkannya kepada ridha Alloh dan menaikkan derajatnya di sisi Alloh.

Hak Azazi yang Tidak Haq
Dalam ungkapan indah bernama “Hak Azazi Manusia” dan “Emansipasi”, kaidah persamaan antara kaum wanita dan laki-laki ini berkembang liar sehingga menyeret kaum wanita jauh keluar dari sisi kemuliaan dan kehormatannya. Apalagi setelah bercampurnya paham-paham semisal egalitarian (paham serba sama), kaum wanita “dipaksa” melakukan berbagai urusan yang jauh diluar fitrah kewanitaannya. Dan meninggalkan peran hakikinya dalam keluarga.
Tanpa disadari, berkembangnya gaya hidup baru ini, melahirkan defeminisasi bagi wanita, yaitu hilangnya secara perlahan-lahan sifat-sifat fitrah kewanitaan kaum ibu seperti kelemahlembutan, perasaan kasih saying, pemalu, dan sifat ketaatan. Padahal kondisi ini akan membuat anak-anak mereka perlahan-lahan kehilangan sosok atau figur keteladanan dari seorang ibu. Seseorang yang dengan kasih sayangnya membelainya, membimbing, dan memberi contoh kehidupan yang baik. Jika anak berkembang dalam suasana demikian, maka akan hilang sifat ketaatan anak kepada orang tuannya. Lebih dari itu, anak akan kehilangan figur yang dapat diteladani.
Gaya hidup yang menghalalkan para wanita melakukan apa saja yang dimaui ini, juga memunculkan sindrom kejiwaan bernama motherhood rejection , yaitu kelainan kejiwaan pada wanita dimana munculnya rasa kebencian menjadi seorang ibu dan memandang rendah peran kewanitaan dalam rumah tangga. Sehingga, urusan rumah tangga seperti mendidik anak, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, melayani suami dan lain-lain dia serahkan kepada sederet pembantu rumah tangga yang tak lain adalah kaum wanita juga. Dia merasa ternoda kehormatannya kalau masih harus mencuci baju suami atau menyuapi anak-anaknya. Dan inilah ironisnya, dia menghindar dari keadaan yang dianggap merendahkannya, tapi tanpa dia sadari diapun telah menempatkan wanita lain (para pembantu) ke dalam keadaan yang dia anggap rendahan itu.
Zaman ini haus akan lahirnya kembali sosok-sosok ibu yang bangga terhadap jatidiri dan fitrah yang telah ditetapkan Alloh pada dirinya. Sosok ibu yang tidak terkesan dengan pemikiran-pemikiran dan jalan hidup bathil yang menjerumuskan. Jalan hidup yang akan mencampakkan para ibu ke dalam lumpur kenistaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar